Skip to main content

Tentang Ritual Maulid Nabi SAW Sejarah Dan Hukumnya مولد النبي



Maulid Nabi Muhammad Saw - Bulan ini umat Islam di dunia tengah marak maraknya merayakan hari kelahiran nabi atau lebih populer dengan istilah Maulid Nabi SAW,

sebagian menamakan kegiatan seperti ini dengan istilah muludan.

Di negara kita Indonesia hampir (mayoritas) penduduknya melaksanakan acara ini dengan meriah biasanya diisi dengan beragam kegiatan islami

seperti pidato/ceramah (tabligh akbar), pembacaan shalawat nabi, syair berzanji dan pembacaan deba.

Pengertian dan Makna Maulid Nabi


Sedikit mengulas tentang maulid nabi, berasal dari bahasa arab مولد النبي (baca: maulidun nabi)

jika dipisahkan maka kalimat pertama adalah مولد (dibaca maulid) yang memiliki arti hari kelahiran (birthday),

sebagian mengenalnya juga dengan istilah milad yang memiliki makna serupa.

Sedangkan kalimat terakhir adalah النبي yaitu nabi (prophet)

jika didefinisikan secara lengkap adalah peringatan hari kelahiran nabi muhammad saw dilaksanakan berdasarkan penanggalan hijriyah tepatnya pada tanggal 12 Rabi'ul Awal.

Tradisi ini telah lama dilakukan oleh masyarakat Islam sejak zaman dulu setelah nabi wafat

sebagai wujud dan bentuk apresiasi kecintaan, penghormatan serta pengagungan umat terhadap Sayyidina Muhammad Sallallahu 'Alaihi Wasallam.

Sejarah Maulid Nabi Saw

Diceritakan oleh ibnu katsir dalam kitab tarikh, awal mula peringatan maulid nabi dilakukan oleh seorang raja

di wilayah Iraq bernama Muzaffaruddin Al Kaukabri di awal abad ke 7 Hijriah.

Figur Al Muzhafar adalah seorang sultan yang alim, berani dan adil.

Pada suatu hari mengumpulkan seluruh alim Ulama ahli dari berbagai bidang disiplin ilmu tertentu seperti

  • Ulama ilmu kalam
  • Ulama Ushul
  • Ulama Tasawwuf


dan lainnya untuk mengutarakan tujuannya memperingati hari kelahiran nabi muhammad (مولد النبي),

Walhasil seluruh ulama pun menyetujui itikad baik sang sultan dengan pandangan dan pertimbangan yang bijak.

Selama tiga hari lamanya persiapan menyambut hari kelahiran maulid nabi pun digelar, ribuan ekor kambing dan unta disembelih

untuk menjamu tamu undangan yang akan hadir, mereka adalah seluruh rakyat dan ulama di negeri itu.

Baca Juga: Jangan Jadikan Rumahmu Seperti Kuburan


Sumber lain mengatakan bahwa Sultan Solahuddin Al Ayubi lah yang pertamakali melaksanakan peringatan maulid nabi

demi membangkitkan semangat umat islam yang kian redup supaya bisa termotivasi untuk kembali berjihad membela islam pada perang salib.

Hikmah Mulud Nabi Saw

Terdapat banyak sekali hikmah mulud yang bisa diambil lewat seremonial tradisional maulid nabi muhammad, diantaranya sebagai berikut :

  1. Menyatukan umat islam, karena dalam perayaan مولد النبي semua muslim berkumpul dalam satu tempat (jama'ah) seperti yang telah dilakukan oleh sultan Salahuddin Al Ayubi


  2. Belajar mengenal lebih dalam kepribadian rasul dan nabi Muhammad SAW yang tercantum dalam penggalan kalimat syair indah bahasa arab,

    sebagaimana yang telah disebutkan dalam quran pada surat Al-Ahzab Ayat 21

    "Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharapkan (Rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat, dan Ia banyak menyebut (Nama) Allah"


  3. Salah satu cara menunjukkan ekspresi kecintaan dan kebanggaan umat islam terhadap nabinya.

    Jika Allah dan Malaikatnya bershalawat kepada nabi mengapa kita sebagai umatnya tidak mau melakukan?

    "Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (Q.S. al-Ahzab: 56)


Sumber : Majalah New Mafahim - Hai'ah Ash-Shofwah Al-Malikiyyah


Hukum Maulid Nabi Saw

Memang tidak semua Ulama Islam memiliki pandangan yang sama tentang hukum melaksanakan peringatan maulid nabi, sebagian ada yang menolaknya dengan alasan bid'ah

atau suatu perkara baru yang tidak dikerjakan di masa rasulullah (nabi muhammad) sehingga menghukuminya dengan bidah dan haram untuk dilakukan.

Perbedaan pendapat dalam islam adalah hal yang lumrah karena secara mendasar manusia memiliki pandangan serta pemikiran yang tidak sama.

Selama perbedaan itu masih dalam wilayah furu'iyah (cabang) maka masih bisa diterima dan harus saling menghormati perbedaan (ikhtilaf)

selama pendapat itu berdasarkan dalil-dalil dan nash yang bisa dipertanggung jawabkan.

Salah satu contoh yang enggan melaksanakan muludan karena dianggap bid'ah dan haram adalah kaum wahabi.

Dewasa ini sebagian umat muslim sering memperdebatkan soal perbedaan furuiah

dan merasa diri paling benar, padahal tidak perlu seperti itu jika benar benar sudah berilmu.

Contohnya tidak perlu bilang atau menjelek-jelekan soal مولد النبي kepada orang yang senang melaksanakan muludan

apalagi jika melarangnya sebagaimana orang yang aktif melaksanakan muludan tidak pernah mencela kepada umat islam yang anti مولد النبي

apalagi menghukuminya dengan kufur.

Indah rasanya jika sesama saudara tidak perlu saling mencela seolah merasa diri paling benar dan berilmu tinggi

padahal tidak ada apa apanya (tong kosong), karena setahu karuhun tidaklah mudah menghukumi suatu perkara dalam islam apalagi dengan referensi yang secuil.

Mari hormati pendapat ulama-ulama salaful qodim yang telah berjasa memberikan fatwa dan hukum serta telah melakukan ijtihad.

Sebaliknya jika baru bisa ngaji dan hafal puluhan hadits/tafsir jangan mudah menghukumi orang lain dan banyak cingcau.

Karuhun sarankan untuk belajar dulu dari ahlinya (ngaji yang bener) karena Disiplin ilmu dalam Islam itu sangatlah luas

tidak cukup dipelajari hanya dari bacaan buku cetakan berbahasa Indonesia saja. Semoga bermanfaat.

Mari kita bershalawat kepada Nabi Muhammad !!!

اللّهمّ صلِّ على سيّدنا محمّدٍ وآله وصحْبه وسلِّم

Video Kegiatan Maulid Nabi محمد Di Russia